Penjualan boleh meroket. Laba bisa saja tambah terus. Tapi citra perusahaan dan kelak laba maupun penjualan — bisa kandas bila lupa pada hal yang kecil: cara menerima telepon yang ramah. Menerima telepon bukanlah hal sepele seperti yang lazim dibayangkan. Apalagi bagi perusahaan yang sehari-harinya berhubungan dengan relasi bisnis melalui pesawat telepon ini. Bisa saja, bila penerimaan telepon oleh sekretaris atau operator buruk, transaksi yang telah diupayakan susah-susah menjadi bata. Apalagi kalau penelepon baru pertama kali menelepon ke perusahaan, langsung saja ia akan mendapat kesan yang negatif. Bisa-bisa ini lantas memadamkan minatnya untuk berbisnis dengan perusaha¬an yang layanan teleponnya buruk tadi. Dana besar yang telah diluangkan perusahaan untuk membangun dan meningkatkan citranya melalui aktivitas promosi, iklan, kehumasan, dan sejenisnya bisa saja berkurang atau hilang maknanya jika cara menerima telepon tetap brengsek. Brengsek Atau Tugas Pelayanan telepon yang baik pada dasarnya hanya menuntut akal sehat saja dari resepsionis, operator, atau sekretaris. Toh semua tahu bahwa tiap penelepon ingin diperlakukan secara wajar dan sopan, tidak bertele-tele. Ia, penelepon, akan geram bila terpaksa harus menunggu lama-lama untuk dihubungkan ke lawan bicara yang dituju. Apalagi setelah menunggu seperempat jam lebih (ditemani oleh rekaman musik dalam telepon, kalau ada) jawaban yang diperolehnya hanyalah: “Wah, coba telepon lagi deh besok”, atau, “Bapak tidak bisa diganggu. Nanti saja sesudah makan siang coba lagi.”
Pelajari selengkapnya dengan mengunduh filenya disini.
Commenti